Kerja yuk!
Ini pengalaman saya, mahasisiwi usia
dua puluh tahun yang telah merasakan beberapa jenis pekerjaan dan susahnya
mencari uang. So, jangan pernah
remehkan jenis pekerjaan apapun itu, selama halal dan baik.
Bersama Dewi saya berjualan dan bagi hasil
bersama. Saat itu, di sekolah kami SMAN 94 mengadakan event tanding futsal antar sekolah. Terdapat bazar dan kami kira
kantin tutup karena acara dilaksanakan pada hari libur. Kami berjualan roti,
bross dan es sarang burung. Kami sebagai anak SMA yang masih minim pengalaman, tentunya
sangat optimis meraih untung. Ternyata pada saat itu kantin buka, dan dagangan
kami kurang laku. Bukan untung, justru
buntung hasil yang kami dapatkan. Harapan bagi hasil keuntungan, justru bagi
hasil kerugian adalah kenyataan. Hehe, pengalaman ini kami jadikan pelajaran.
Namanya juga bisnis, pasti ada untung ruginya, Right?
Jual pulsa juga saya pernah tekuni
dari SMA kelas X hingga mahasiswi semester lima. Nah, sekarang udah pensiun
tuh. Kalo kata Bu Dwi, dosen akuntansi mah “hutang dan piutang itu sama-sama
menyulitkan”. Karena kebanyakan ngga beli secara cash, yaa buntungnya modal pun
jadi alasan pensiunnya jualan pulsa. Dan ngga sedikit pula looh yang beli pulsa
secara hutang, ngga bayar-bayar dalam waktu yang cukup lama, pas ditagih justru
galakan dianya. Hmm, tapi saya pemegang prinsip bahwa pembeli itu adalah raja,
jadi yaa harus dilayani sepenuh hati, apapun kondisinya. Tapi kalau kelewat nyolo, ikut marah juga sih. Hehe
SPG(Sales Promotion Girl), pekerjaan
yang sering dipandang sebelah mata oleh orang-orang atau pengunjung pusat
perbelanjaan pernah saya lakukan di Car**four Tangerang City Mall menawarkan
produk To**bika Capuccino. Sebelumnya saya di briefing di PT D*** Power tentang
bagaimana menjajakkan produk yang akan saya tawarkan. “Silahkan T*racino nya,
kopi dengan taburan choco granule dengan rasa seotentik kopi caffe.”
Pakaian yang saya kenakkan pada saat
itu adalah seraga, stoking panjang (dari ujung kaki hingga perut) dan sepatu
high heels. Pada saat mencoba stoking panjang, saya terfikir bagaimana caranya
untuk shalat disana. Karena stoking hingga perut dan celana ketat yang saya
kenakan harus dibuka dahulu saat hendak shalat dan memakainya kembali usai
shalat. Itu banyak menyita waktu. Ahaa, kakak saya memiliki ide, ia menggunting
bagian stoking dibawah telapak kaki dengan seizin saya tentunya. Sehingga, saya
hanya perlu menggulungnya ketika hendak dan usai shalat. Dan pada saat saya
melakukannya, tak heran saya menjadi pusat perhatian, banyak karyawan lain yang menertawakan dan
menanyakan stoking model baru ala distidesti itu. Hehehe
Tak pernah terbayangkan oleh saya
sebelumnya berdiri selama delapan jam diatas sepatu high heels yang saya
gunakan, pegal-pegal brooo...
Ditambah mendapat tatapan dan jawaban sinis dari pengunjung saat saya
menawarkan produk, meski tak sedikit pula pengunjung yang menyambut baik
tawaran saya untuk mencoba tester dan
membelinya.
Dihari pertama saya bekerja, tentunya
saya harus memasang booth dan mempersiapkan
berbagai perlengkapan, seperti gelas, tester
kopi, sendok, dsb. Saya mengambil trolley
untuk mengambil segala perlengkapan tersebut di gudang. Sebagai SPG baru, saya
tidak mengetahui tata letak perlengkapan produk yang saya akan jajakan, gudang
Car**four yang luas dan penuh barang, saya telusuri mencari tempat perlengkapan
produk saya. Telah lama mencari, perlengkapan tidak saya temukan, akhirnya saya
kembali ke booth dengan trolley tak berisi.
Sesampainya di booth,
omelan saya dapat dari SPG lain, saya
masih ingat betul tatapan melotot dan ucapannya pada saat itu “Kalau cari tuh
pake mata, bukan dengkul!”. Mata saya berkaca-kaca, dan teman SPG lain
menghampiri dan menenangkan saya ”Jangan dipikirin des, dia memang begitu
wataknya, saya juga pernah digituin”. Saya sedikit tenang dan kembali
merapihkan booth.
Pada saat itu, ada undian berhadiah
yang ditawarkan produk saya. Costumer
yang membeli produk dan membayarkan di kasir, kembali ke booth dan mengambil undian berhadiah. Ada seorang bule yang
menghampiri booth, kemudian saya
tawarkan. Ia membeli, lalu membayarkan pada kasir (hanya membayar t**acino),
dan kembali ke booth saya untuk menukarkan undian berhadiah tersebut. Lalu bule
tersebut berbelanja kembali. Pada saat saya istirahat, SPG lain yang menjaga booth memanggil saya “Des, bule yang
tadi lu layanin ngomel tuh, semua pada bingung, ga ada yang ngerti dia ngomong
apaan, kan lu yang ngelayanin,
selesein gih”. Dengan hati dag dig dug saya
berjalan menuju booth, dan menanyakan
apa yang terjadi. Setelah ia menjelaskan, Alhamdulillah
saya menangkap apa yang dia keluhkan. Ia membayar kopi pada dua kasir. Ia telah
bicara pada kasir bahwa kopi nya telah dibayarkan, namun si kasir tetap
menjumlahkan kopi pada daftar belanja yang harus dibayar. Menurut saya,
komunikasi antara kasir dengan bule merupakan penyebabnya, tak banyak orang
Indonesia yang menguasai Bahasa Inggris, termasuk saya yang sebenarnya juga
masih belepotan. hehe. Lalu saya
mengantarkannya pada costumer service
untuk menganti uangnya dan ia sangat berterima kasih.
Ohya, setiap hari minggu, saya
merapihkan booth dan membawa
perlengkapan ke gudang. Karena sampah gelas dan sendok banyak, teman saya
menginjaknya agar muat dikardus sampah, kemudian melakukan tersebut bergantian
dengan saya. Saat saya berdiri diatas tumpukan sampah gelas dan sendok itu,
tiba-tiba saya hilang keseimbangan, kardusnya miring dan saya jatuh dengan
posisi duduk selonjor. Orang-orang
yang berada di gudang menertawakan saya, dan tak satupun menolong. Hmm,
sebenarnya sih jatuhnya ngga sakit,
tapi malunya itu loooh.. Rasanya mau nutup muka pake helm. Huaaaahaha
Suatu ketika, saat merapihkan booth dan hendak pulang, seseorang
menepuk pundak saya dan berkata “Mba, testernya
masih ada?” Setelah saya balik badan, ternyata itu adalah ayah saya yang hendak
menjemput. Saya pun hanya bisa tertawa melihat tingkah ayah. Maklum saja, itu
pertama kalinya saya bekerja sebagai SPG dan pulang mala, jadi saya dijemput
oleh Ayah yang tak tega melihat anaknya harus pulang sendiri diantar oleh supir
angkot. Hehe.
Bunda dan ayah juga pernah menengok
saya saat menawarkan produk pada setiap costumer
yang datang. Ayah saya mencoba tester, sedangkan Bunda menoleh kearah lain tak
ingin melihat saya bekerja. Saya tahu, apa yang ada dihatinya saat itu. Mungkin
ia melihat saat orang menolak tawaran saya atau ingat cerita saya saat dimarahi
SPG lain, atau ketidak tegaan lainnya. Matanya berkaca-kaca penuh makna, saya
tahu betul Bunda tak ingin memperlihatkan air mata pada anaknya, hingga tak
kuat mendekat pada saya.
Jadi penonton dan kuis diacara *d*
ada *ja global TV juga pernah saya lakukan. Liburan kuliah selama dua sampai
tiga bulan bukanlah waktu yang singkat. Jenuh, penat dan tak betah dirumah
tanpa kegiatan saya rasakan. Saat teman baik seperjuangan kuliah saya, iin
mengajak ikutan kuis ada-ada a** yaa
tentunya saya tak menolak. Bersama empat belas orang lainnya, saya menuju glo**l
tv dengan mengendarai sepeda motor. Sesampainya disana kami shalat dzuhur, briefing dan memasuki studio. Lumayan
laah hadiah kuis yang bisa kami dapat masukkan didompet. Setidaknya isi dompet
tidak bawa golok semua (uang kertas seribu).
Nah, kerjaan yang saya geluti hingga
sekarang adalah ngajar. Sejak awal semester dua hingga sekarang (semester enam).
Saya pernah mengajar Rizky, Adel, Dias, Juli, Sabila, dan beberapa anak lagi
saya lupa namanya, dirumah. Mengajar privat Gede Jovan Satria Wijaputra di
Bintaro sektor V dan Nindya Adisty Wikandini di Gondrong. Sekarang, saya
mengajar matematika tiga puluhan anak murid di Pondok pesantren Al-Musyarafah,
Gondrong. Meskipun kuliah saya jurusan perbankan syariah, saya sangat suka
mengajar sejak kecil. Semoga saja saya bisa melanjutkan kuliah S2 dan menjadi
dosen agar terus bisa mengajar. Amiin... Dapat mengamalkan ilmu yang saya
miliki meskipun belum banyak, berhadapan dengan banyak anak-anak dan seringkali
menjadi tempat curhat mereka, menjadi kegembiraan dan kenyamanan tersendiri
untuk saya mengajar di Pondok Pesantren ini.
Semoga pengalaman saya dapat
dijadikan pelajaran bagi siapapun yang membacanya, mencari uang tak semudah
yang dibayangkan, banyak liku-liku permasalahan yang harus dihadapi. Hargai usaha kedua orang tua yang mencari
nafkah untuk hidup kita dan jangan remehkan pekerjaan apapun. Kedepannya, saya berharap
dapat menjadi investor, menanam modal di perusahaan go publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, tentunya di produk yang halal. Dan semoga setelah lulus
kuliah, saya bisa langsung bekerja mengamalkan ilmu yang saya dapat, mendapat
rezeki yang berkah, halal dan banyak, guna memberangkatkan haji kedua orang
tua. Amiin yaa rabbal Alamiin...
Kerja yuk, biar kita tahu gimana
perjuangan mencari rezeki! J