Minggu, 11 Januari 2015

Pengalaman



Kerja yuk!
Ini pengalaman saya, mahasisiwi usia dua puluh tahun yang telah merasakan beberapa jenis pekerjaan dan susahnya mencari uang. So, jangan pernah remehkan jenis pekerjaan apapun itu, selama halal dan baik.
Bersama Dewi saya berjualan dan bagi hasil bersama. Saat itu, di sekolah kami SMAN 94 mengadakan event tanding futsal antar sekolah. Terdapat bazar dan kami kira kantin tutup karena acara dilaksanakan pada hari libur. Kami berjualan roti, bross dan es sarang burung. Kami sebagai anak SMA yang masih minim pengalaman, tentunya sangat optimis meraih untung. Ternyata pada saat itu kantin buka, dan dagangan kami kurang laku.  Bukan untung, justru buntung hasil yang kami dapatkan. Harapan bagi hasil keuntungan, justru bagi hasil kerugian adalah kenyataan. Hehe, pengalaman ini kami jadikan pelajaran. Namanya juga bisnis, pasti ada untung ruginya, Right?
Jual pulsa juga saya pernah tekuni dari SMA kelas X hingga mahasiswi semester lima. Nah, sekarang udah pensiun tuh. Kalo kata Bu Dwi, dosen akuntansi mah “hutang dan piutang itu sama-sama menyulitkan”. Karena kebanyakan ngga beli secara cash, yaa buntungnya modal pun jadi alasan pensiunnya jualan pulsa. Dan ngga sedikit pula looh yang beli pulsa secara hutang, ngga bayar-bayar dalam waktu yang cukup lama, pas ditagih justru galakan dianya. Hmm, tapi saya pemegang prinsip bahwa pembeli itu adalah raja, jadi yaa harus dilayani sepenuh hati, apapun kondisinya. Tapi kalau kelewat nyolo, ikut marah juga sih. Hehe
SPG(Sales Promotion Girl), pekerjaan yang sering dipandang sebelah mata oleh orang-orang atau pengunjung pusat perbelanjaan pernah saya lakukan di Car**four Tangerang City Mall menawarkan produk To**bika Capuccino. Sebelumnya saya di briefing di PT D*** Power tentang bagaimana menjajakkan produk yang akan saya tawarkan. “Silahkan T*racino nya, kopi dengan taburan choco granule dengan rasa seotentik kopi caffe.”
Pakaian yang saya kenakkan pada saat itu adalah seraga, stoking panjang (dari ujung kaki hingga perut) dan sepatu high heels. Pada saat mencoba stoking panjang, saya terfikir bagaimana caranya untuk shalat disana. Karena stoking hingga perut dan celana ketat yang saya kenakan harus dibuka dahulu saat hendak shalat dan memakainya kembali usai shalat. Itu banyak menyita waktu. Ahaa, kakak saya memiliki ide, ia menggunting bagian stoking dibawah telapak kaki dengan seizin saya tentunya. Sehingga, saya hanya perlu menggulungnya ketika hendak dan usai shalat. Dan pada saat saya melakukannya, tak heran saya menjadi pusat perhatian,  banyak karyawan lain yang menertawakan dan menanyakan stoking model baru ala distidesti itu. Hehehe
Tak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya berdiri selama delapan jam diatas sepatu high heels yang saya gunakan, pegal-pegal brooo... Ditambah mendapat tatapan dan jawaban sinis dari pengunjung saat saya menawarkan produk, meski tak sedikit pula pengunjung yang menyambut baik tawaran saya untuk mencoba tester dan membelinya.
Dihari pertama saya bekerja, tentunya saya harus memasang booth dan mempersiapkan berbagai perlengkapan, seperti gelas, tester kopi, sendok, dsb. Saya mengambil trolley untuk mengambil segala perlengkapan tersebut di gudang. Sebagai SPG baru, saya tidak mengetahui tata letak perlengkapan produk yang saya akan jajakan, gudang Car**four yang luas dan penuh barang, saya telusuri mencari tempat perlengkapan produk saya. Telah lama mencari, perlengkapan tidak saya temukan, akhirnya saya kembali ke booth dengan trolley tak berisi.
Sesampainya  di booth, omelan saya dapat dari SPG lain, saya masih ingat betul tatapan melotot dan ucapannya pada saat itu “Kalau cari tuh pake mata, bukan dengkul!”. Mata saya berkaca-kaca, dan teman SPG lain menghampiri dan menenangkan saya ”Jangan dipikirin des, dia memang begitu wataknya, saya juga pernah digituin”. Saya sedikit tenang dan kembali merapihkan booth.
Pada saat itu, ada undian berhadiah yang ditawarkan produk saya. Costumer yang membeli produk dan membayarkan di kasir, kembali ke booth dan mengambil undian berhadiah. Ada seorang bule yang menghampiri booth, kemudian saya tawarkan. Ia membeli, lalu membayarkan pada kasir (hanya membayar t**acino), dan kembali ke booth saya untuk menukarkan undian berhadiah tersebut. Lalu bule tersebut berbelanja kembali. Pada saat saya istirahat, SPG lain yang menjaga booth memanggil saya “Des, bule yang tadi lu layanin ngomel tuh, semua pada bingung, ga ada yang ngerti dia ngomong apaan, kan lu yang ngelayanin, selesein gih”. Dengan hati dag dig dug saya berjalan menuju booth, dan menanyakan apa yang terjadi. Setelah ia menjelaskan, Alhamdulillah saya menangkap apa yang dia keluhkan. Ia membayar kopi pada dua kasir. Ia telah bicara pada kasir bahwa kopi nya telah dibayarkan, namun si kasir tetap menjumlahkan kopi pada daftar belanja yang harus dibayar. Menurut saya, komunikasi antara kasir dengan bule merupakan penyebabnya, tak banyak orang Indonesia yang menguasai Bahasa Inggris, termasuk saya yang sebenarnya juga masih belepotan. hehe. Lalu saya mengantarkannya pada costumer service untuk menganti uangnya dan ia sangat berterima kasih.
Ohya, setiap hari minggu, saya merapihkan booth dan membawa perlengkapan ke gudang. Karena sampah gelas dan sendok banyak, teman saya menginjaknya agar muat dikardus sampah, kemudian melakukan tersebut bergantian dengan saya. Saat saya berdiri diatas tumpukan sampah gelas dan sendok itu, tiba-tiba saya hilang keseimbangan, kardusnya miring dan saya jatuh dengan posisi duduk selonjor. Orang-orang yang berada di gudang menertawakan saya, dan tak satupun menolong. Hmm, sebenarnya sih jatuhnya ngga sakit, tapi malunya itu loooh.. Rasanya mau nutup muka pake helm. Huaaaahaha
Suatu ketika, saat merapihkan booth dan hendak pulang, seseorang menepuk pundak saya dan berkata “Mba, testernya masih ada?” Setelah saya balik badan, ternyata itu adalah ayah saya yang hendak menjemput. Saya pun hanya bisa tertawa melihat tingkah ayah. Maklum saja, itu pertama kalinya saya bekerja sebagai SPG dan pulang mala, jadi saya dijemput oleh Ayah yang tak tega melihat anaknya harus pulang sendiri diantar oleh supir angkot. Hehe.
Bunda dan ayah juga pernah menengok saya saat menawarkan produk pada setiap costumer yang datang. Ayah saya mencoba tester, sedangkan Bunda menoleh kearah lain tak ingin melihat saya bekerja. Saya tahu, apa yang ada dihatinya saat itu. Mungkin ia melihat saat orang menolak tawaran saya atau ingat cerita saya saat dimarahi SPG lain, atau ketidak tegaan lainnya. Matanya berkaca-kaca penuh makna, saya tahu betul Bunda tak ingin memperlihatkan air mata pada anaknya, hingga tak kuat mendekat pada saya.   
Jadi penonton dan kuis diacara *d* ada *ja global TV juga pernah saya lakukan. Liburan kuliah selama dua sampai tiga bulan bukanlah waktu yang singkat. Jenuh, penat dan tak betah dirumah tanpa kegiatan saya rasakan. Saat teman baik seperjuangan kuliah saya, iin mengajak  ikutan kuis ada-ada a** yaa tentunya saya tak menolak. Bersama empat belas orang lainnya, saya menuju glo**l tv dengan mengendarai sepeda motor. Sesampainya disana kami shalat dzuhur, briefing dan memasuki studio. Lumayan laah hadiah kuis yang bisa kami dapat masukkan didompet. Setidaknya isi dompet tidak bawa golok semua (uang kertas seribu).
Nah, kerjaan yang saya geluti hingga sekarang adalah ngajar. Sejak awal semester dua hingga sekarang (semester enam). Saya pernah mengajar Rizky, Adel, Dias, Juli, Sabila, dan beberapa anak lagi saya lupa namanya, dirumah. Mengajar privat Gede Jovan Satria Wijaputra di Bintaro sektor V dan Nindya Adisty Wikandini di Gondrong. Sekarang, saya mengajar matematika tiga puluhan anak murid di Pondok pesantren Al-Musyarafah, Gondrong. Meskipun kuliah saya jurusan perbankan syariah, saya sangat suka mengajar sejak kecil. Semoga saja saya bisa melanjutkan kuliah S2 dan menjadi dosen agar terus bisa mengajar. Amiin... Dapat mengamalkan ilmu yang saya miliki meskipun belum banyak, berhadapan dengan banyak anak-anak dan seringkali menjadi tempat curhat mereka, menjadi kegembiraan dan kenyamanan tersendiri untuk saya mengajar di Pondok Pesantren ini.
Semoga pengalaman saya dapat dijadikan pelajaran bagi siapapun yang membacanya, mencari uang tak semudah yang dibayangkan, banyak liku-liku permasalahan yang harus dihadapi.  Hargai usaha kedua orang tua yang mencari nafkah untuk hidup kita dan jangan remehkan pekerjaan apapun. Kedepannya, saya berharap dapat menjadi investor, menanam modal di perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tentunya di produk yang halal. Dan semoga setelah lulus kuliah, saya bisa langsung bekerja mengamalkan ilmu yang saya dapat, mendapat rezeki yang berkah, halal dan banyak, guna memberangkatkan haji kedua orang tua. Amiin yaa rabbal Alamiin...
Kerja yuk, biar kita tahu gimana perjuangan mencari rezeki! J

Tidak ada komentar: