Minggu, 11 Januari 2015

Deskripsi Ruangan : Kamarku Surgaku



Kamarku Surgaku
Sepulang kuliah, aku memasuki ruangan di sudut paling belakang rumahku. Ku buka pintu cokelat dan ku taruh tas merah jambuku di atas lemari baju berwarna hijau. Ku semprotkan pengharum ruangan dan aroma harum pun membuatku semakin nyaman berada di ruangan ini.
Ku nyalakan kipas angin, “gerah dan lelah” gumamku dalam hati. Satu jam lamanya aku berada di perjalanan pulang kuliah dengan mengendarai motor dan ini saatnya aku merefleksikan tubuh ini. Ku berbaring di atas kasur, meletakan kepala di atas bantal dan memeluk guling yang semuanya berwarna ungu bermotif bunga tulip. Tak lupa ku juga peluk boneka yang aku beri nama “Zwolf”. Zwolf adalah bahasa jerman yang  artinya dua belas. Ku namakan zwolf karena aku mendapatkan boneka itu pada tanggal dan bulan dua belas, tahun dua ribu dua belas tepat di hari ulang tahunku.
Seraya berbaring, ku tatap foto yang tergantung di dinding hijau ruangan ini. Terdapat banyak foto. Ada foto ayah, bunda, kakak, adik, sahabat dan foto-foto selfie ku. Lima belas bingkai terpasang di setiap sisi ruangan ini. Empat bingkai adalah bingkai kayu yang ku beli, tiga bingkai merupakan kado dari para sahabat, dan selebihnya merupakan bingkai yang ku buat sendiri dari kardus bekas dan dilapisi dengan kertas kado bermotif bunga-bunga dipinggiran bingkainya.
Setelah berbaring lima belas menit lamanya, aku beranjak dari kasur dan mengambil buku diary yang letaknya di sebelah dua album foto dalam lemari coklat, yang tergantung satu meter di atas kasurku. Di diary inilah aku biasa meluapkan isi hati dan rentetan peristiwa yang aku alami selama di kampus hari ini.
Setelah puas menulis, ku nyalakan lagu dari handphone dengan volume lima. Ku ikut menyanyikan lagu dengan suara lantang dan penuh penghayatan. Tiba-tiba kakakku menghampiri dan berteriak “Berisiiiiik des, jadi terbangun deh”. “Iya maaf, ka” jawabku. Terlalu asyiknya menyanyikan lagu, aku sampai tak sadar bahwa suaraku telah mengganggu kakakku yang tengah tertidur. Ku matikan lagu, dan mulutku berhenti komat-kamit bernyanyi.
Tak lama berselang, adzan berkumandang. Ku ambil air wudhu, menggelar sajadah berwarna kuning, dan ku dirikan shalat ashar ku. Tak lupa ku berdoa dan mencurahkan seluruh isi hati pada yang maha kuasa, serta memanjatkan doa dengan penuh harap. Tanpa ku sadari, saat memanjatkan doa, pipiku telah basah dengan air mata. Setelah itu, perasaanku  sangat lega.
Di ruangan inilah aku merasa nyaman tiada terkira. Meskipun ruangan ini begitu mini, namun banyaknya foto kenangan, ku bisa selalu mengenang. Puas memeluk boneka yang selalu ada. Menulis diary tuk meluapkan isi hati. Tempatku mendengar dan menyanyikan lagu meski terkadang mengganggu. Dan tempat ku memanjatkan doa pada Tuhan yang maha kuasa. Kamarku, surgaku.

Tidak ada komentar: